Sabtu, 15 Juli 2017

makalah ilmu kesehatan masyarakat

Ilmu Kesehatan Masyarakat



ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


umparwarna     








OLEH:


SY NURJAMILA 
 ( 215 130 014)


Dosen Pembina:
Faisal S.Pd., M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah “Ilmu Kesehatan Masyarakat” ini dapat tersusun dengan semestinya. Tak lupa pula penulis kirimkan salawat serta salam kepada Nabi Muhammad Saw yang merupakan suritauladan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Pada Makalah “Ilmu Kesehatan Masyarakat” ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada khalayak pembaca tentang “Pentingnya menjaga kesehatan”. Ucapan terima kasih tak lupa kami lontarkan kepada:
1.      Faisal S.pd., M.Pd selaku dosen pembina mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2.      Pihak-pihak yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Dengan belajar  memahami dan mengkaji pentingnya menjaga kesehatan dan inti-inti pokok dari pembahasan kesehatan masyarakat, diharapkan kepada pembaca dapat mengambil intisari dari makalah ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikan pula dengan Makalah “Ilmu Kesehatan Masyarakat” ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca agar pada kesempatan lainnya penulis dapat menulis makalah “Ilmu Kesehatan Masyarakat” dengan lebih baik.


Parepare, 22 Mei 2017
Penulis,


Sy. Nurjamila



DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................    i
Daftar isi....................................................................................................................................    ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang...............................................................................................................    1
B.     Rumusan Masalah.........................................................................................................    1
C.     Tujuan Penulisan...........................................................................................................    1
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat..............................................................................    2
B.     Defenisi Kesehatan Masyarakat.....................................................................................    4
C.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat...........................................    5
D.     Sasaran Kesehatan Masyarakat......................................................................................    8
E.      Konsep Pencegahan Penyakit........................................................................................    9
BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan...................................................................................................................    14
B.     Saran.............................................................................................................................    14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................    15
BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG MASALAH
Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya mereka sudah seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka seperti benda mati, mahkluk hidup, adat istiadat, kebiasaan dan lain-lain. Namun oleh karena keterbatasan ilmu pengetahuan mereka pada saat itu, maka setiap kejadian yang luar biasa dalam kehidupan mereka selalu diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat mistik, seperti wabah penyakit sampar yang berjangkit di suatu tempat dianggap sebagai kutukan dan kemarahan dewata.
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di hadapi oleh masyarakat kita saat ini . Semakin maju teknologi di bidang kedokteran ,semakin banyak pula macam penyakit yang mendera masyarakat. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri. Tapi apakah benar hanya faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat? Sebelum membahas tentang masalah kesehatan masyarakat tentunya lebih baik jika kita memahami konsep dari kesehatan masyarakat itu terlebih dahulu.
B.     RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini akan di bahas mengenai konsep dari kesehatan masyarakat, yaitu antara lain:
1.      Bagaimana sejarah Ilmu kesehatan masyarakat?
2.      Apa defenisi Ilmu kesehatan masyarakat?
3.      Apa faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?
4.      Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?

C.     TUJUAN PENULISAN
Melaluli makalah ini, penulis bertujuan untuk memberikan sedikit pemahaman tentang ilmu kesehatan masyarakat kepada pembaca dan mampu bermanfaat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mengingat kesehatan iu sanat penting, maka ada aiknya kia mempelajarinya dari dasar dulu.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di hadapi oleh masyarakat kita saat ini. Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini sebenarnya mereka sudah seringkali menghadapi masalak kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh factor lingkungan hidup yang ada disekitar mereka. Kesehatan merupakan kebutuhan dan hak setiap insan.  Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya pencegahannya sendiri.
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. PeredaanBeda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
·         Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.
·         Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
·         Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.


B.     DEFENISI KESEHATAN MASYARAKAT
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan, dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat.


C.     FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MASYARAKAT
“Health is not everything but without health everything is nothing” Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari, karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita. Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: factor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
a.       Faktor Genetik
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi .Untuk itu perlu dilakukan konseling genetik untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga. Faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang pencegahan penyakit. Misalnya, seorang anak yang lahir dari orang tua penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai f aktor genetik yang diwariskan orang tuanya. Oleh karenanya, ia harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik adalah peluru (bullet ) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan lingkungan /prilaku manusia adalah pelatuknya (trigger).
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b.      Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana /prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat. Misalnya, jadwal imunisasi yang teratur da penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan, serta informasi tentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi.
Cakupan imunisasi yang tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kab/kota.
c.       Faktor Prilaku Masyarakat
Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan di masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya: Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku ibu ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan. Perilaku individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti mencret-mencret lainnya.
d.      Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh factor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan ,paradigma H.L.Blum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai dengan faktor faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat. Analisis ke-4 fator tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga masalah kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas. Analisis ke-4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi perencnaan) untuk pengembangan program kesehatan di suatu wilayah tertentu.


D.     SASARAN KESEHATAN MASYARAKAT
Individu-Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang dapat dilakukan di Rumah Sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, kelurga binaan dan masyarakat binaan.
a.       Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko resiko tinggi ,diantaranya adalah:
1.      Anggota keluarga yang menderita penyakit menular
2.      Keluarga keluarga denga kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang renda
3.      Keluarga keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk
4.      Keluarga keluarga dengan keadaan gizi buruk
5.      Keluarga keluarga dengan jumlah keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga dan sebagainya.

b.      Kelompok
Kelompok kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat adalah:
1.      Kelompok ibu hamil
2.      kelompok ibu ibu yang memiliki anak balita
3.      kelompok PUS dengan resiko tinggi kebidanan.
4.      kelompok kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan diantaranya adalah:
·         Kelompok usia lanjut
·         Kelompokwanita tuna susila
·         Kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunan narkotika
·         Kelompok kelompok masyarakat yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti Masyarakat sekolah dan pekerja pekerja dalam perusahaan.

c.       Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah:
1.      Masyarakat binaan Puskesmas
2.      Masyarakat Nelayan
3.      Masyarakat Pedesaaan
4.      Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas ,posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal. Masyarakat yang luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF,muntah berak,dsb.
E.      KONSEP PENCEGAHAN PENYAKIT
Secara umum pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan akan terjadi, sehingga peristiwa tadi tidak terjadi atau dapat dihindari. Pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai bertindak mendahului (to come before or procede) atau mengantisipasi (to anticipate) yang menyebabkan sesuatu proses tidak mungkin berkembang lebih lanjut. Jadi namanya pencegahan akan memerlukan tindakan antipatif (anticipatory action) berdasarkan pada penguasaan kita tentang model Riwayat Alamiah Penyakitnya, yang berkaitan inisiasi (awal mulai) atau kemajuan dari proses suatu penyakit atau masalah kesehatan apapun tidak mempunyai peluang untuk berlanjut.
Mencegah penyakit berarti menggunakan pengetahuan kita yang mutakhir sebaik-baik mungkin untuk membina (promote), mencegah penyakit dan ketidakmampuan serta memperpanjang umur (mengikuti asal mulanya sebagaimana dimaksud dalam definisi Public Health menurut Wnslow, 1920). Semua upaya tersebut dapat dicapai dengan mengorganisir dan menyediakan pelayanan kedokteran dan kesehatan masyarakat kepada perorangan maupun keluarga atau masyarakat yang membutuhkan. Tindakan pencegahan dapat dilakukanbaik pada fase prepatogenesis yaitu sebelum mulainya proses penyakit, maupun fase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses penyakit mengikuti konsep proses Riwayat Alamiah Penyakit. Tindakan pencegahan dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu:
  1. Yang pertama adalah pencegahan  primer yang dilakukan dalam fase pre-patogenesis sebelum proses penyakit terjadi.
  2. Yang kedua adalah pencegahan sekunder dimana proses penyakit sudah mulai memasuki fase pathogenesis tapi masih dalam tahap ringan dan belum nyata.
  3. Yang ketiga adalah pencegahan tersier dimana dalam fase pathogenesis tersebut proses penyakit sudah nyata dan berlanjut dan mungkin dalam taraf dan akan berakhir.

1.      Tahap Primary Prevention
Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai. Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi ke 3 faktor utama untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan environment yang membentuk konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu dengan lainya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan terjadinya stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya proses penyakit dan masuk kedalam fase pathogenesis.
Tahap pencegahan primer terbagi menjadi dua sub-tahap yaitu Health Promotion (pembinaan kesehatan) dan Specific Protection (perlindungan khusus).
Pada ahap health promotion upaya-upaya pencegahan dalam tahap ini masih bersifat umum dan belum tertuju pada jenis atau kelompok penyakit tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk pembinaan atau memajukan ( to promote ) kesehatan secara umum dan kesejahteraan hidup individu atau kelompok masyarakat dengan upaya-upaya ini diharapkan daya tahan secara fisik mental dan sosial ditingkatkan dan kita dijauhkan dari segala ancaman stimulus yang dapat memicu terjadinya atau mulainya suatu proses penyakit secara umum.
Termasuk dalam kategori tahap ini adalah segala bentuk upaya untuk meningkatkan kebugaran jasmani (physical fitness), kecantikan dan keindahan bentuk tubuh (bina-raga), relaksasi yang memadai dan kondisi lingkungan hidup yang santai dan menyenangkan, tapi dalam batas-batas yang tidak mengancam atau mengganggu kesehatan yang optimal tadi. Secara alamiah setiap individu yang dalam kondisi sehat akan merasa memerlukan kegiatan-kegiatan yang mendukung Health Promotion ini tanpa memerlukan latihan atau keterampilan khusus.
Sebagian besar upaya-upaya tersebut mungkin dapat dicapai melalui pendidikan atau penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi), sebagian melalui kegiatan-kegiatan bersama dilapangan, melalui organisasi atau perkumpulan yang teratur dan terencana (Organized dan Structured) dan sebagai melalui kegiatan yang berkategori santai dan bebas.
Leavell dan Clark menyebutkan beberapa bentuk kegiatan yang termasuk Health Promotion dan yang sudah banyak dikembangkan dan sudah tercakup atau terintegrasi dalam berbagai bentuk program pelayanan kesehatan yang umunya termasuk kategori Anak Pimary Health Care maupun Basic Health Services seperti:
a.       Pendidikan/penyuluhan kesehatan
b.      Kondisi kerja yang baik
c.       Makanan bergizi
d.      Keturunan dan KB
e.       Perkembangan kepribadian
f.       Nasehat perkawinan
g.       Perumahan sehat
h.      Pemeriksaan berkala
i.        Rekreasi dan olahraga
j.        Tahap Spesifik Protection
Tahap inilah yang biasanya dimaksud sebagai arti pencegahan sebagaimana umumnya orang mengartikannya. Upaya pencegahan disini sudah tertuju kepada jenis penyakit penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Biasanya sasarannya adalah individu atau kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (High Risk Group) terhadap suatu penyakit tertentu tadi. Tindakan pencegahan disini dapat diartikan sebagai member perlindungan khusus terhadap kelompok beresiko tinggi tadi.Banyak kemajuan yang telah dicapai dalam iptek yang berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan pada tahap ini. Terutama ketika orang memasuki era bakteriologi banyak dicapai kemajuan dibidang imunologi yang tertuju untuk melindungi kelompok resiko tinggi terhadap ancaman penyakit menular.
Menyusul kemajuan dalam iptek bio-medik dengan diketemukan dan dikembangkanya berbagai penyakit menular, kemudian diketemukan dan dikembangkannya berbagai jenis vaksin terhadap berbagai penyakit menular, kemudian diketemukan dan dikembangkan juga upaya-upaya perlindungan khusus dibidang gizi, pengobatan kimiawi (chemo-therapy), pestisida, anti-biotika dan lain-lainnya. Berbagai bentuk kegiatan yang termasuk Spesifik Protection antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Imunisasi khusus
b.      Perlindungan terhadap kecelakaan
c.       Higine/kebersihan perorangan
d.      Pemberian makanan khusus
e.       Perlindungan tumbuh kembang anak
f.       Perlindungan terhadap karsinogen
g.       Sanitasi/kesehatan lingkungan
h.      Perlindungan terhadap allergen
i.        Perlindungan terhadap terhadap penyakit akibat kerja
j.        Tahap Secondary Prevention
Upaya pencegahan pada tahap ini terbentuk Diagnosa Dini dan Pengobatan Langsung (Early Dignosis dan Prompt Treatment). Tahap ini sudah dalam fase pathogenesis tapi masih pada wal dari proses penyakit yang bersangkutan (dalam masa inkubasi dan mulai terjadi perubahan anatomis dan fungsi faaliah, tapi belum menimbulkan keluhan-keluhan, gejala-gejala atau tanda yang secara klinis dapat diamati oleh dokter atau penderita sendiri, fase sub-klinis yang masih berada dibawah clinical horizon). Meskipun demikian dengan berbagai kemajuan dalam iptek kedokteran dan kesehatan, dewasa ini sudah dapat dikembangkan berbagai cara untuk bisa mendeteksi dan mendiagnosa penyakit-penyakit yang bersangkutan pada fase sub klinis tersebut, misalnya berbagai cara laboratories baik bio-medis, bio-kimiawi, faaliah dll.
Berbagai metoda atau cara-cara pemeriksaan yang tergolong screening atau case funding (active atau passive) dikembangkan untuk bisa menemukan kasus-kasus sub-klinis berbagai penyakit endemis dimasyarakat. Berbagai pemeriksaan serelogis dipakai untuk mendeteksi berbagai penyakit menular seperti Wasserman/VDRL terhadapa sifilis, Mantoux test terhadap TBC, Shick’s test terhadap difteria, HIV terhadap AIDS, pemeriksaan bio-kimiawi darah (misalnya kadar gula darah terhadap Diabetes Melitus), pemeriksaan darah mikrokopis terhadap parasit, pemeriksaan sitologis (patologi-anatomi) terhadap keganasan (misalnya PAP smear terhadap kanker leher rahim). Tujuan utama pencegahan pada tahap ini antara lain adalah:
a.       Mencegah tersebarnya penyakit ke orang lain dalam masyarakat, terutama pada penyakit menular
b.      Untuk bisa mengobati dan menghentikan berkembangannya penyakit menjadi lebih berat, atau membatasi disability dan agar tidak timbul komplikasi, cacad atu berubah jadi menahun
c.       Membatasi atau menghentikan perjalanan/proses penyakit dalam fase dini
2.      Tahap Tertiary Prevention
Tahap ini sudah masuk dalam fase patogenesis yang secara klinis penyakitnya sudah nyata dan mungkin sudah lanjut (advanced diseases), atau sebaliknya proses penyakit dari Host justru berbalik ke fase penyembuhan (reconvalescence) dan memasuki tahap pemulihan (rehabilitation). Yang termasuk tahap pencegahan tersier adalah disability limitation (membatasi ketidakmampuan) dan rehabilitation (pemulihan).
a.       Tahap Disability Limitation
Biasanya orang tidak akan mengkategorikan Diasbility Limitation sebagai tindakan pencegahan lagi karena penyakitnya sudah nyata dan bahkan mungkin sudah lanjut. Istilah pencegahan disini mungkin dapat diartikan sebagai tindakan agar penyakit tidak berlanjut dan berkembang menjadi lebih parah, dan apabila penyakit tersebut sudah dalam stadium lanjut dan parah, maka tindakan pencegahan dapat diartikan agar tidak menjadi menahun atau berakibat cacat yang menetap dan akhirnya dapat juga diartikan sebagai tindakan sebagai tindakan untuk mencegah kematian . tindakan pencegahan pada tahap ini sebenarnya sudah termasuk kategori medis kuratif yang merupakan lahan garapan utama.
b.      Tahap Rehabilitation
Tindakan pencegahan tahap akhir ini merupakan tindak lanjut setelah penderita berhasil melalui masa disability atau ketidakmapuannya dan masuk dalam proses penyembuhan. Pengertian sembuh disini juga harus diartikan secara fisik, mental dan sosial dan spiritual. Tahap pencegahan yang tercakup dalam upaya-upaya rehabilitasi ini merupakan tindakan yang menyangkut bidang yang multidisiplin. Rehabilitasi fisik mungkin masih memerlukan tindakan teknis dibidang medis klinis (misalnya bedah rekontruksi untuk mantan penderita kusta), platihan-pelatihan penggunaan alat-alat bantu atau protese, fisioterapi dan perawatan neurologis untuk penderita polio, penderita CVA (Pasca Cerebro Vascular Accident atau Stroke).
Rehabilitasi mental dan sosial disamping memerlukan tindakan medis klinis juga mungkin memerlukan tenaga psikolog maupun ahli-ahli atau pekerja sosial. Rehabilitasi sosial biasanya ditunjukkan agar penderita dengan kondisi pasca penyakitnya (mingkin dengan cacat yang menetap) dapat diterima kembali dalam kehidupan yang normal oleh masyarakat sekelilingnya (rehabilitasi psiko-sosial).
Penggunaan sheltered colony seperti Ieproseri untuk rehabilitasi pelatihan dan penempatan kerja penderita pasca penyakitnya. Terutama bila pada penyembuhan ada cacat yang menetap yang akan menghalangi penderita untuk kembali kekapasitas kerja sebelumnya, mungkin akan diperlukan pelatihan atau pendidik keterampilan yang sesuai dengan kesanggupan penderita dengan kondisi fisik, mental dan sosialnya yang baru (vocational training and selelective placement).Untuk lingkungan atau kelompok masyarakat yang religious seperti di Indonesia, dukungan rehabilitasi spiritual mungkin dapat lebih membantu keberhasilan upaya-upaya rehabilitasi tersebut.


BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Asclepius: dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan dengan cara tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya melalui pendekatan Hidup seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makan yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut, muncul dua pendekatan dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan pengobatan (kuratif), aliran kedua lebih menekankan pencegahan (preventif) dan peningkatan (promosi) kesehatan. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit ,Memperpanjang umur, meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi.
Secara umum “pencegahan” atau “prevention” dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan (atau diduga) akan terjadi,sehingga peristiwa tadi tidak terjadi atau dapat dihindari. (to come before or precede,or anticipate, to makeimposibble by advance provision).  Pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai bertindak mendahului (to come before or procede) atau mengantisipasi ( to anticipate) yang menyebabkan sesuatu proses tidak mungkin berkembang lebih lanjut. Jadi yang namanya “pencegahan” akan memerlukan tindakan antipatif (anticipatory action) berdasar pada penguasaan kita tentang model ‘riwayan alamiah penyakit nyan yang berkaitan inisiasi (awal mulai) atau kemajuan dari proses suatu penyakit atau masalah kesehatan ataupun tidak mempunyai peluang untuk berlanjut.
B.     SARAN
1.      Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menenggulangi permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat banyak saat ini.
2.      Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah penulis dan memperluas wawasan dari berbagai sumber lain.
3.      Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan,  penulis harapkan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,Eny Retna. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika
Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) jilid I cetakan keenam; Jakarta; 2011
http://Mengenal Ilmu Kesehatan Masyarakat.Wandy’s Weblog.htm.
Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan Kebidanan Politeknik Makassar.
Mubarak Wahit Igbal, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika
http://mnoersyamsi.blogspot.com/2012/01/makalah-ilmu-kesehatan-masyarakat.html
http://indonesianpublichealth.blogspot.com/2009/08/sejarah-kesehatan-masyarakat.html
Syafrudin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media
Soepardan,suryani.2008. “Konsep Kebidanan”. Jakarta : EGC
http://veteriner-island.blogspot.com/2009/12/sejarah-kesehatan-masyarakat.html
Prawirohardjo,sarwono.2011. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : BPSP
Notoatmojo,soekidjo.2008 “Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat”. Jakarta : Rineka Cipta
http://materiprakerin.blogspot.com/2009/04/ilmu-kesehatan-masyarakat.html
http://www.iklandisiniaja.com/582/Faktor_faktor_yang_mempengaruhi_derajat_kesehatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar