Profesi Kependidikan
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
OLEH:
SY NURJAMILA
( 215 130 014)
Dosen Pembina:
Drs. H. M. Nasir S. M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah “Permasalahan Pendidikan” ini dapat tersusun dengan
semestinya. Tak lupa pula penulis kirimkan shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad Saw yang merupakan suritauladan bagi seluruh umat manusia di muka bumi
ini.
Pada Makalah “Permasalahan
Pendidikan” ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada khalayak
pembaca tentang “masalah yang terjadi pada bidang pendidikaan”. Ucapan terima
kasih tak lupa kami lontarkan kepada:
1.
Drs. H. M. Nasir S. M.Pd selaku dosen
pembina mata kuliah Profesi Kependidikan.
2.
Pihak-pihak yang ikut berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini.
Dengan belajar memahami dan mengkaji pentingnya pendidikan
dan inti-inti pokok dari pembahasan permasalahan yang telah terjadi dalam
bidang pendidikan, diharapkan kepada pembaca dapat mengambil intisari dari makalah
ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak
retak, demikan pula dengan Makalah “Permasalahan Pendidikan” ini, masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari setiap pembaca agar pada kesempatan lainnya penulis
dapat menulis makalah “Permasalahan Pendidikan” dengan lebih baik.
Parepare, 22 Mei 2017
Penulis,
Sy.
Nurjamila
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar........................................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................................... ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Permasalahan Pendidikan Masa Kini............................................................................. 3
1. Permasalahan
Eksternal Pendidikan Masa Kini........................................................ 4
2. Permasalahan
Internal Pendidikan Masa Kini.......................................................... 5
B.
Pengertian
Manajemen Pendidikan Masa Depan............................................................ 8
C.
Pendidikan di Indonesia................................................................................................ 11
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................................... 13
B.
Saran............................................................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama
dalam pembentukkan pribadi manusia dan sektor sangat menentukan kualitas suatu
bangsa. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada
gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa
keberhasilan sebuah bangsa. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap
perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem
pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan
zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus
berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi
manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna
kesejahteraan hidup di masa depan.
Pelaksanaan suatu pendidikan
mempunyai fungsi, antara lain: inisiasi, inovasi, dan konservasi. Inisiasi
merupakan fungsi pendidikan untuk memulai suatu perubahan. Inovasi merupakan
wahana untuk mencapai perubahan. Konservasi berfungsi untuk menjaga nilai-nilai
dasar. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa, harus
dimulai penataan dari segala aspek dalam pendidikan. Salah satu aspek yang
dimaksud adalah manajemen pendidikan.
Tujuan dari pendidikan yang
diharapkan adalah menciptakan out come pendidikan yang berkualitas sesuai
dengan harapan dari berbagai pihak. Dalam hal ini, manajemen pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting. Manajemen yang bagus (good management)
dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh warga
Indonesia. Manajemen pendidikan yang bagus dapat diciptakan dan dapat
dilaksanakan oleh manajer pendidikan yang berkualitas. Manajer dalam dunia
pendidikan salah satunya adalah guru. Tugas guru selain mengajar, juga menjadi
seorang manajer pendidikan. Seorang guru harus dapat merencanakan manajemen yang
baik. Manajer pendidikan yang bagus adalah seseorang yang mau merencanakan
manajemen pendidikan dimasa yang akan datang.
B. Perumusan
Masalah
1. Apa yang harus direncanakan untuk
menyusun manajemen pendidikan dimasa depan?
2. Mengapa manajemen pendidikan disusun?
3. Siapa yang menjadi pemimpin masa
depan?
4. Kapan manajemen pendidikan
dilaksanakan?
5. Dimana manajemen pendidikan
dimasa depan dilaksanakan?
6. Bagaimana cara menyusun manajemen
dimasa depan?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk menyusun manajemen pendidikan
di masa akan datang
2. Mengetahui alasan penyusunan
manajemen pendidikan
3. Mengetahui Ciri-ciri pemimpin
masa depan
4. Mengetahui kapan menyusun
manajemen pendidikan
5. Mengetahui tempat menyusun
manajemen pendidikan
6. Mengetahui cara menyusun
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan
Pendidikan Masa Kini
Nasib suatu komunitas atau suatu
bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontibusinya pendidikan. Shane
(1984: 39), sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi
pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam
penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan:
“Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha
agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”.
Fungsi Pendidikan Pasal 3 UU No.
20/2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 ini
terkandung empat fungsi yang harus diaktualisasikan olen pendidikan, yaitu: (1)
fungsi mengembangkan kemampuan peserta didik, (2) fungsi membentuk watak bangsa
yang bermartabat, (3) fungsi mengembangkan peradaban bangsa yang bermartabat,
dan (4) fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa. Noeng Muhadjir (1987: 20-25)
menyebutkan bahwa, sebagai institusi pendidikan mengemban tiga fungsi. Pertama,
pendidikan berfungsi menumbuhkan kreativitas peserta didik. Kedua, pendidikan
berfungsi mewariskan nilai-nilai kepada peserta didik; dan Ketiga, pendidikan
berfungsi meningkatkan kemampuan kerja produktif peserta didik.
Kalau dibandingkan dengan fungsi
pendidikan yang termaktup dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 di atas, fungsi
pertama yang dikemukakan Noeng Muhadjir secara substantive sama dengan fungsi
keempat menurut UU No. 20/2003. Sedangkan fungsi pendidikan ketiga yang
dikemukakan Noeng Muhadjir pada dasarnya sama dengan fungsi pertama menurut UU
No. 20/2003. Sementara itu, Vebrianto, seperti dikutip M. Rusli Karim (1991:
28) menyebutkan empat fungsi pendidikan. Keempat fungsi dimaksud adalah: (1) transmisi
kultural, pengetahuan, sikap, nilai dan norma ; (2) memilih dan menyiapkan
peran sosial bagi peserta didik; (3) menjamin intergrasi nasional; dan (4)
mengadakan inovasi-inovasi sosial. Terlepas dari adanya perbedaan rincian dalam
perumusan fungsi pendidikan seperti tersebut di atas, namun satu hal yang pasti
ialah bahwa fungsi utama pendidikan adalah membantu manusia untuk meningkatkan
taraf hidup dan martabat kemanusiaannya.
1.
Permasalahan Eksternal Pendidikan
Masa Kini
a.
Permasalahan
globalisasi
Globalisasi mengandung arti
terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global. Dalam bidang
ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti terintegrasinya ekonomi nasional
ke dalam ekonomi dunia atau global (Fakih, 2003: 182). Bila dikaitkan dalam bidang
pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional
ke dalam pendidikan dunia. Sebegitu jauh, globalisasi memang belum merupakan
kecenderungan umum dalam bidang pendidikan. Namun gejala kearah itu sudah mulai
Nampak. Sejumlah SMK dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah menerapkan
sistem Manajemen Mutu (Quality Management Sistem) yang berlaku secara
internasional dalam pengelolaan manajemen sekolah mereka, yaitu SMM ISO
9001:2000; dan banyak diantaranya yang sudah menerima sertifikat ISO. Oleh
karena itu, dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan actual
pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama
menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini
telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari
keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif
(competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber
daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas (Kuntowijoyo, 2001: 122). Dalam konteks
pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi
situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan
pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi
justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi
akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka,
terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif
under-quality (berkualitas rendah). Kecenderungan ini sudah mulai terlihat pada
tingkat perguruan tinggi dan bukan mustahil akan merambah pada tingkat sekolah
menengah.
Bila persoalannya hanya sebatas
tantangan kompetitif, maka masalahnya tidak menjadi sangat krusial (gawat).
Tetapi salah satu ciri globalisasi ialah adanya “regulasi-regulasi”. Dalam
bidang pendidikan hal itu tampak pada batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan
tentang sekolah berstandar internasional. Pada jajaran SMK regulasi sekolah
berstandar internasional tersebut sudah lama disosialisasikan. Bila regulasi
berstandar internasional ini kemudian ditetapkan sebagai prasyarat bagi output
pendidikan untuk memperolah untuk memperoleh akses ke bursa tenaga kerja
global, maka hal ini pasti akan menjadi permasalah serius bagi pendidikan
nasional. Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi
pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan dan permasalahan pada
pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa
depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika
globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini.
b.
Permasalahan
perubahan sosial
Ada sebuah adegium yang menyatakan
bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah; satu-satunya yang
abadi adalah perubahan itu sendiri. Itu artinya, perubahan social merupakan
peristiwa yang tidak bisa dielakkan, meskipun ada perubahan social yang berjalan
lambat dan ada pula yang berjalan cepat. Bahkan salah satu fungsi pendidikan,
sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan inovasi-inovasi social, yang
maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan social. Fungsi pendidikan
sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini ternyata justru melahirkan
paradoks. Kenyataan menunjukkan bahwa, sebagai konsekuansi dari perkembangan
ilmu perkembangan dan teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan
social berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju
perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi
budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan
sosial secara akurat (Karim, 1991: 28).
Dalam kaitan dengan paradoks dalam hubungan
timbal balik antar pendidikan dan perubahan sosial seperti dikemukakan di atas,
patut kiranya dicatat peringatan Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa
Negara-negara yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan
ketinggalan dan berangsur-angsur kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
kedudukannya sebagai Negara merdeka. Dengan kata lain, ketidakmampuan mengelola
dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan
keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi
agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional.
2.
Permasalahan
Internal Pendidikan Masa Kini
a.
Permasalahan
Sistem Kelembagaan
Permasalahan sistem kelembagaan
pendidikan yang dimaksud dengan uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau
bahkan dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama. Dualisme atau
dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama ini agaknya merupakan
warisan dari pemikiran Islam klasik yang memilah antara ilmu umum dan ilmu agama
atau ilmu ghairuh syariah dan ilmu syariah, seperti yang terlihat dalam
konsepsi al-Ghazali (Otman, 1981: 182).
Dualisme dikotomi sistem kelembagaan
pendidikan yang berlaku di negeri ini kita anggap sebagai permasalahan serius,
bukan saja karena hal itu belum bisa ditemukan solusinya hingga sekarang,
melainkan juga karena ia, menurut Ahmad Syafii Maarif (1987:3) hanya mampu
melahirkan sosok manusia yang “pincang”. Jenis pendidikan yang pertama
melahirkan sosok manusia yang berpandangan sekuler, yang melihat agama hanya
sebagai urusan pribadi. Sedangkan sistem pendidikan yang kedua melahirkan sosok
manusia yang taat, tetapi miskim wawasan. Dengan kata lain, adanya dualisme
dikotomi sistem kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kendala untuk dapat
melahirkan sosok manusia Indonesia “seutuhnya”. Oleh karena itu, Ahmad Syafii
Maarif (1996: 10-12) menyarankan perlunya modal pendidikan yang integrative,
suatu gagasan yang berada di luar ruang lingkup pembahasan makalah ini.
b.
Permasalahan
Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam
kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru.
Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya
dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi
keberhasilan pendidikan. Menurut Suyanto (2007: 1), “guru memiliki peluang yang
amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi
seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun funfsional yang
kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”.
Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru.
Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “digugu lan
ditiru”.
Lebih jauh Suyanto (2007: 3-4)
menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi dan
ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah: (a) harus
memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b) harus berdasarkan atas kompetensi
individual, (c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (d) ada kerja sama dan
kompetisi yang sehat antar sejawat, (e) adanya kesadaran profesional yang
tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik (kide etik), (g) memiliki sistem
seleksi profesi, (h) adanya militansi individual, dan (i) memiliki organisasi
profesi. Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di
atas jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem
pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa
dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter
(usaha objekan) Suyanto (2007: 4). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan
adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan
guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi
profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak
mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu
permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan
nasional masa kini.
c.
Permasalahan
Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto (2007: 15-16) era
globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola
pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah
mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke
paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran
sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara
terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran
berbasis factual atau pengetahuan. Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi
pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank”
(banking concept).
Di pihak lain strategi pembelajaran
baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan
banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif,
interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran
kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya.
Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai
strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing). Meskipun dalam
aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini terdapat tuntutan
pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru,
namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan
strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru (Idrus, 1997: 79). Hal
ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
B. Pengertian Manajemen Pendidikan Masa
Depan
Manajemen pendidikan merupakan suatu
proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan yang dimulai
dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan,
pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya
(Suryosubroto, 2004: 27). Selain itu manajemen pendidikan juga didefinisikan
sebagai suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan
usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan,
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif
dan efisien (Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, 2008: 14). Dari dua
pandangan tentang manajemen pendidikan, dapat disimpulkan bahwa manajemen
pendidikan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang merupakan daur
(siklus) penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.
Masa depan merupakan zaman yang akan
datang atau belum terjadi (Poerwadarminta, 1984: 634). Masa depan pendidikan
perlu diperhatikan oleh para pendidik. Dimasa yang akan datang, telah
terpampang cita-cita dan harapan dari suatu pendidikan. Cita-cita dan harapan
pendidikan dapat terwujud jika sudah ada gambaran yang ada dimasa yang akan
datang.
Dari pengertian-pengertian diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen pendidikan dimasa depan merupakan
manajemen pendidikan yang dirancang atau disusun untuk menghadapi tantangan
masa depan. Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang harus dipahami oleh para
manajer pendidikan masa depan. Fungsi tersebut antara lain: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengkoordinasian. Perencanaan pendidikan merupakan suatu proses
mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan pendidikan dimasa
depan yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang
optimal. Pengorganisasian pendidikan merupakan usaha bersama oleh sekelompok
orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada agar dicapai hasil yang efektif dan
efisien. Pengarahan pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
pimpinan pendidikan untuk memberikan penjelasan pendidikan, serta bimbingan
kepada para orang-orang yang ada dibawahnya sebelum dan selama melaksanakan
tugas. Pengkoordinasian dalam pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan
pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menserasikan, mengintegrasikan semua
kegiatan yang dilakukan bawahannya dalam dunia pendidikan. Yang harus
direncanakan pada penyusunan manajemen pendidikan adalah hasil yang ingin
dicapai dari pendidikan dan bagaimana kegiatan pendidikan tersebut dapat
berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan suatu apapun.
1.
Alasan
Penyusunan Manajemen Pendidikan Masa depan
Manajemen pendidikan disusun untuk
menghadapi tantangan pendidikan dimasa depan. Dalam hal ini manager pendidikan
atau gurulah yang mendapatkan tantangan tersebut. Tantangan guru dimasa depan
bangsa, antara lain untuk menghadapi: era globalisasi, era informasi, era
IPTEK, dan era perubahan cepat. Guru sebagai manajer pendidikan harus selalu
siap menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya adalah dengan menyusun serta
merencanakan manajemen dimasa depan. Hal ini perlu dilakukan guna meningkatkan
mutu pendidikan yang ada.
2.
Pemimpin
Masa Depan
Pemimpin masa depan adalah pemimpin
yang siap menghadapi tantangan pendidikan dimasa depan. Yang menjadi pemimpin
masa depan adalah diri kita sendiri. Kita harus siap menjadi seorang pemimpin
dimasa depan. Setiap orang berkompetensi untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk
menjadi seorang pemimpin harus mempunyai bekal yang banyak. Bekal tersebut
berupa cara membuat manajemen yang bagus, mempunyai jiwa kepemimpinan, wawasan
yang luas, serta mempunyai hubungan sosial yang baik.
3.
Pelaksanaan
Manajemen Pendidikan Masa depan
Pelaksanaan manajemen pendidikan
harus dimulai dari sekarang. Istilah penundaan pelaksanaan haruslah
dihilangkan. Kita sebagai calon pemimpin masa depan harus melaksanakan
manajemen pendidikan dimasa depan dari sedini mungkin. Tempat pelaksanaan
manajemen pendidikan dimasa depan adalah ditempat yang kita pijak saat ini.
Kita bekerja di instansi pendidikan yaitu di sekolah dasar. Kita harus
melaksanakan pendidikan tersebut dimana kita mengajar.
4. Cara Menyusun Manajemen Pendidikan Dimasa Depan
Penyusunan manajemen pendidikan di
masa depan harus memperhatikan intake, proses, instrumental input,
environmental input, out put, out come. Intake dalam hal ini adalah siswa atau
peserta didik. Intake dapat dilihat sejak adanya kegiatan penerimaan murid
baru. Pengadaan murid baru dilaksanakan dengan seleksi murid. Seleksi murid
tidak berdasarkan martabat serta status ekonomi siswa, tetapi berdasarkan
criteria umur. Dalam hal ini, juga harus menetapkan kapasitas atau jumlah calon
yang diterima. Pengumuman hasil seleksi dibuat sedemikian rupa sehingga bisa
diketahui oleh masyarakat luas.
Karakteristik dari intake harus
diperhatikan. Intake yang ada diselidiki keadaannya, baik dari segi ekonomi
keluarga, rata-rata pendidikan di keluarga, gaya hidup keuarga, serta persepsi
keluarga terhadap pendidikan. Hal ini perlu dilaksanakan agar supaya intake
dapat diproses dengan mudah.
Suatu proses pendidikan dipengaruhi
oleh dua factor, yaitu factor instrumental input dan factor environmental
input. Factor instrumental input mencakup beberapa unsur penting, diantaranya
adalah peserta didik, pendidik, kurikulum, manajemen, sarana dan prasarana,
serta stake holder atau komponen pendukung. Unsur peserta didik harus disusun
manajemennya dengan sebaik mungkin. Peserta didik dimanage sesuai dengan
taksonemi perkembangan anak, yang mencakup: ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Kurikulum merupakan suatu program
pendidikan. Didalam kurikulum terdapat organisasi kurikulum. Organisasi
kurikuum merupakan pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan
disampaikan pada murid-muridnya. Kurikulum di Indonesia sebenarnya sudah bagus,
baik segi materi, serta tujuan yang ingin dicapai. Hanya saja pelaksana dari
kurikulum yang masih belum bisa menanggapinya dengan baik. Sebagai calon
pemimpinan masa depan, sebaiknya kita dapat melaksanakan kurikulum yang ada
dengan bagus dan syukur dengan menambahkan apa yang masih kurang pada
kurikulum, dan membuang unsur yang sia-sia atau muspro.
Pendidik merupakan faktor penentu
berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan. Memanage pendidik bukanlah hal
yang mudah. Hal ini diakibatkan setiap pribadi mempunyai perbedaan. Memanage
pendidikan dimulai dari diri sendiri. Hal-hal yang belum dilaksanakan dalam
pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidik dengan membuang hal-hal yang masih
dianggap sia-sia. Sarana dan prasarana serta komponen pendukung harus
diperhatikan dengan jeli. Sarana dan prasarana yang belum ada dilengkapi dengan
meminta bantan baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat sekitar.
Faktor environmental input pendidikan
merupakan faktor yang mempengaruhi proses pendidikan. Faktor environmental
merupakan faktor yang berasal dari luar. Faktor itu berupa lingkungan rumah
siswa maupun lingkungan sekolah siswa.
Proses pendidikan yang dipengaruhi
oleh instrumental input dan environmental input yang bagus akan mempengaruhi
output dari pendidikan. Dari output tersebut akan mempengaruhi outcome. Sebagai
seorang manajer pendidikan dimasa depan kita harus memperhatikan hal-hal
tersebut.
C. Pendidikan Di Indonesia
Melaksanakan pendidikan merupakan
tujuan suatu pendidikan, maka dari itu Indonesia harus meningkatkan pendidikan
untuk kepentingan bangsa. Melalui pendidikan bebagai aspek kehidupan seperti
agama bisa dikembangkan dengan melalui pelajaran-pelajaran di sekolah. Selain itu
juga pendidikan juga menjadi tempat pengembangan pikiran seperti belajar
menganalisis, memecahkan masalah, menyimpulkan dan lain sebagainya.
1.
Mutu
Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah penulis sebutkan
di latar belakang, bahwa pendidikan di Indonesia sangatlah rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara lain. Kini kualitas pendidikan di Indonesia
semakin memburuk. Hal tersebut bisa dilihat dari kualitas guru, sarana belajar,
dan murid-muridnya. Guru-guru sekarang banyak sekali guru-guru yang hanya
sebatas mengajar, kecuali bagi guru-guru lama yang yang sudah berdedikasi di
dunia pendidikan. Gaji guru menjadi permasalahan saat ini, banyak sekali guru
yang resign mengajar dan lebih menjadi buruh pabrik hal ini karena gaji guru
yang begitu rendah. Selain staf pengajar, masalah sarana belajar perlu
diperhatikan agar proses belajar mengajar lebih berkuallitas.
2. Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Indonesia
Dibawah
ini ada beberapa penyebab rendahya mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya:
·
Efektifitas Pendidikan di Indonesia
Sangat Rendah
Salah satu penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia adalah kurangnya efektifnya pendidikan di Indonesia.
Misalnya tidak adanya sasaran ketika mengajar sehingga mengakibatkan peserta
didik tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai proses pendidikannya. Masyarakat
masih beranggapan bahwa pendidikan atau sekolah yang lebih tinggi modal utama
untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan yang diambil tidak sesuai bakat dan
minat murid, dan masih banyak staf pengajar yang mengajar tidak sesuai dengan
jurusannya. Hal tersebut menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan.
·
Efisiensi Pendidikan Di Indonesia
Masalah efisiensi pendidikan di Indonesia
yang sering terjadi yaitu mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam
proses pengajaran, dan kualitas staf pengajar. Di Indonesia mahalnya biaya
pendidikan masih sempat dikeluhkan oleh sebagian masyarakat, walaupun harga
pendidikan di Indonesia relative rendah dibandingkan negara-negara lain.
3. Standardisasi
Pendidikan di Indonesia
Kualitas
pendidikan di Undonesia diukur oleh standard dan kompetensi, salah satunya
Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). kadang kala standardisasi dan kompetensi
ini memiliki bahaya yang tersembunyi yaitu seperti hanya memikirkan bagaimana
caranya agar mencapai standar pendidikan saja, sehingga lupa akan pendidikan
efektif dan dapat digunakan. Sayang sekali hal ini menjadi pendidikan seperti
kehilangan makna dikarenakan terlalu menuntun standar kompetensi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Permasalahan pendidikan di Indonesia
masa kini sesungguhnya sangat kompleks. Berbagai permasalahan pendidikan yang
komplek itu, baik eksternal maupun internal adalah saling terkait. Hal ini
tentu saja menyarankan bahwa pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan
pendidikan tidak bisa dilakukan secara parsial; yang merupakan pendekatan
terpadu.
Manajeme pendidikan merupakan suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya
agar efektif dan efisien. Manajemen pendidikan disusun agar pendidikan yang ada
dapat bersaing dengan tantangan pendidikan masa depan. Pemimpin masa depan
adalah diri kita sendiri. Pelaksanaan manajemen pendidikan dimulai dari
sekarang. Manajemen pendidikan dilaksanakan di tempat kita mengajar Cara
menyusun manajemen pendidikan harus memperhatikan: 1) intake, 2) proses, 3)
instrumental input, 4) environmental input, 5) out put, 6) out come.
Kualitas atau mutu pendidikan di
Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, hal ini
dikarenakan faktor penyebab seperti kurang efektifitas, efisiensi, dan
standardisasi pendidikan yang belum optimal. Sehingga menimbulkan berbagai
masalah seperti pendidikan yang terlalu mahal, kurang relevan antara pendidikan
dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan pendidikan, rendahnnya prestasi siswa,
kurangnya kesejahtraan guru, rendahnya kualitas guru, serta rendahnya sarana
fisik atau bangunan. Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan tersebut
yaitu harus mampu mengubah sistem sosial, karena sangat berkaitan erat dengan
sistem pendidikan, mutu guru, serta peserta didik.
B. SARAN
Para
pendidik sebaiknya menyiapkan manajemen dimasa depan agar dapat bersaing dengan
tantangan pendidikan masa depan. Pelaksanaan
manajemen sebaiknya praktis dan efisien.
Pelaksanaan manajemen yang sia-sia sebaiknya ditinggalkan saja. Kemajuan
dunia dilatarbelakangi oleh pendidikan yang maju, maka dari itu perubahan
sistem pendidikan nasional harus terus dilakukan agar pendidikan di Indonesia
memiliki kualitas yang lebih baik. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan, ini
akan meningkatkan pula sumber daya manusia yang memiliki kualitas baik juga
sehingga mampu bersaing secara sehat dengan negara-negara lain
DAFTAR PUSTAKA
·
Boediono,
(1994). Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Tinggal Landas. Mimbar
Pendidikan, No. 1 Tahun XIII.
·
Dertouzas,
M.L., Lester, R.K., dan Solow, R.M., (1989). Made In America: Regaining the
Productive Edge. Cambridge, MA: Harper Perennial.
·
Fakih, Mansour, 2000. Runtuhnya
Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka
Pelajar.
·
Freire, Paulo, 2000. Pendidikan Kaum
Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya dkk. Jakarta: LP3ES.
·
Joesoef, Daoed, 2001. “Pembaharuan
Pendidikan dan Pikiran”, dalam Sularto ( ed .). Masyarakat Warga dan Pergulatan
Demokrasi: Antara Cita dan Fakta. Jakarta: Kompas.
·
Karis, M. Rusli. 1991, “Pendidikan
Islam sebai Upaya Pembebasan Manusia”, dalam Muslih Usa (ed.). Pendidikan Islam
di Indonesia: Antara Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana.
·
Kuntowijoyo, 2001. Muslim Tanpa
Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme
Transendental, Bandung: Mizan.
·
Maarif, Ahmad Syafii, 1987. “Masalah
Pembaharuan Pendidikan Islam”, dalam Ahmad Busyairi dan Azharudin Sahil ( ed
.). Tantangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: LPM UII.
·
Maarif. Ahmad Syafii, 1996.
“Pendidikan Islam dan Proses Pemberdayaan Umat”. Jurnal Pendidikan Islam, No. 2
Th.I/Oktober 1996.
·
Muhadjir, Noeng, 1987. Ilmu
Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih
·
Othman, Ali Issa, 1981. Manusia
Menurut al-Ghazali, alih bahasa Johan Smit dkk. Bandung: Pustaka.
·
Shane, Harlod G., 1984. Arti
Pendidikan bagi Masa Depan. Jakarta: Rajawali Pers.
·
Soedjatmoko, 1991. “Nasionalisme
sebagai Prospek Belajar”, Prisma, No. 2 Th. XX, Februari.
·
Suyanto, 2007, “Tantangan
Profesionalisme Guru di Era Global”, Pidato Dies Natalis ke-43 Universitas
Negeri Yogyakarta, 21 Mei.
·
Gilley,
J.W., dan Eggland, S.E., (1989). Principles of Human Resource Development.
Reading, MA: Addison-Wisley Publishing Company, Inc.
·
Jones, J
dan Walter, L. Donald, (2008). Human Resource Management in Education.
Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Pendidikan. Yogyakarta: Q-Media,
·
Megginson,
D., Joy-Mattews, J., dan Banfield, P., (1993). Human Resource Development.
London: Kogan-Page Limited.
·
Simanjuntak,
P., (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
·
Suryadi,
A. (1995). Kebijaksanaan Pendidikan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia:
Transisi Menuju era Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Informatika, Balitbang
Dikbud