Kamis, 18 Januari 2018

Sajak Kerinduan di Fajar Hari

Disetiap pagiku saatku terbangun, ingatanku langsung tertuju padamu..
Timbul pertanyaan dalam benak ini
Apakah kau sudah terbangun dari mimpi indahmu?
Apakah kau meningatku, sepertiku yang senantiasa mengingatmu di pagi hari?
Apakah kau baik-baik saja?
Disetiap pagiku, lukisan indah senyuman senantiasa tampak pada raut wajah ini..
Dapat dipastikan, salah satu sumber kebahagiaaanku adalah kamu
Kebahagiaan senantiasa tercurah pada hidupku akhir-akhir ini
Bagaikan air yang terus mengalir tanpa henti
Pengaharapan abadi menjadi impian tuk slalu bersamamu
Ingin rasanya membuat puisi, sajak ataupun karangan indah..
Untuk menuliskan semua kebahagiaan yang kurasakan
Tapi aku sadar, aku bukan sosok wanita yang puitis dan romantis
Aku tak pandai dalam membuat sajak-sajak yang mampu membuatmu terpukau
Aku tak pandai menulis karangan yang mampu membawa perasaanmu pada sebuah cerita
Aku hanya wanita biasa yang hanya mampu berkata bahagia disaat bahagia..
Berkata senang disaat senang, berkata sedih disaat sedih
Mungkin cukup simple, tapi itulah aku
Inilah aku dengan segala kekuranganku pangeranku
Hanya satu anugrah dari sang khalik yang mampu kupersembahkan untukmu
SENYUMAN.. yah hanya senyuman..
Diri ini tak ingin melihatmu sedih, gelisah ataupun gundah..
Setiap pertemuan senantiasa kupersembahkan senyuman
Sekadar menhiburmu dari kepenatanmu atas padatnya kegiatan dunia dan akhiratmu
Sekadar pengobat dari keletihanmu
Kuberusaha menjadi wanita yang sempurna dan terbaik untukmu..
Namun kusadari, apalah daya diri ini yang jauh dari kata kesempurnaan
Jauh dari kata yang terbaik
Hanya satu yang mampu ku usahakan, menjadi penyejuk hatimu
Terima kasih pangeranku untuk semua kebahagiaan yang kau berikan..
Satu pintaku pada sang khalik, satu impianku pada sang khalik
Satu harapanku pada sang khalik, satu kenginanku pada sang khalik
Yah hanya satu.. hanya satu..
Menjadi pendampingmu, menjadi ibu dari anak-anakmu
Menjadi teman hidupmu, menjadi kekasihmu didunia hingga akhiratmu

Ingin rasanya segera kau halalkan diri ini...
Namun kusadar, kata “Sabar” harus terucap atas keadaan yang tak mendukung
Atas takdir yang belum memperbolehkan kita tuk bersama
Perasaan ini seakan-akan terkurung oleh jeruji takdir atas segala rasa rindu yang menggebu
Atas segala hasrat untuk bersamamu
Namun, ujian kesabaran tak mampu kupingkiri..
Ujian hati yang sangat menggelisahkan
Terbersik dalam hati ini sebuah pertanyaan besar
Mampukah kau bersabar tanpa mempedulikan bunga lain?
Mampukah kau kokoh bertahan tanpa tergoyahkan oleh cibiran-cibiran yang menghampiri indra pendengaranmu?
Terdiam, termenung memandang langit, tampak jelas cahaya bulan dan bintang..
Membuatku teringat akan dirimu, akan kasih sayangmu
Akan sifat manjamu, canda tawamu semua begitu indah
Ingatan indah yang mampu menghapuskan keresahan yang sedang melanda hati ini
Setiap momen dan kenangan yang pernah kita lalui..
Begitu jelas tersimpan dalam memori ingatan ini
Ingin kucerita soal semuanya, serasa waktu seminggupun tak cukup
Setiap momen bersamamu merupakan hal yang begitu berhaga
Bagaikan sebongkah berlian yang begitu mahal
Setiap kenangan bersamamu merupakan hal yan begitu indah
Bagaikan lukisan bunga yang tak mampu ku ceritakan keindahannya
Menjadi apa adanya diriku tak peduli orang mengejekk..
Bertingkah polos dan manja menjadi sumber senyumanmu
Bertingkah seperti bocah remaja menjadi sumber canda tawamu
Bertingkah bodoh dan oon menjadi sumber kesenanganmu
Namun, hal terpenting yang senantiasa ku jaga dan ku berikan untukmu
Senatiasa tersenyum menjadi sumber kebahagiaan dan ketenanganmu
Tetaplah bersamaku kasih..
Tetaplah bersamaku sayang..
Jangan pernah tinggalkan diri ini..
Jangan pupuskan harapan besar ini yang telah berusaha ku bangun hanya padamu
Aku mencintaimu lebih dari diriku..
Pangeranku..
Temukanlah kehidupan barumu padaku
Temukanlah kebahagiaanmu padaku
Temukanlah inspirasimu padaku


Sabtu, 15 Juli 2017

makalah permasalahan pendidikan



Profesi Kependidikan

PERMASALAHAN PENDIDIKAN


umparwarna     








OLEH:


SY NURJAMILA 
 ( 215 130 014)


Dosen Pembina:
Drs. H. M. Nasir S. M.Pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah “Permasalahan Pendidikan” ini dapat tersusun dengan semestinya. Tak lupa pula penulis kirimkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Saw yang merupakan suritauladan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Pada Makalah “Permasalahan Pendidikan” ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada khalayak pembaca tentang “masalah yang terjadi pada bidang pendidikaan”. Ucapan terima kasih tak lupa kami lontarkan kepada:
1.      Drs. H. M. Nasir S. M.Pd selaku dosen pembina mata kuliah Profesi Kependidikan.
2.      Pihak-pihak yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Dengan belajar  memahami dan mengkaji pentingnya pendidikan dan inti-inti pokok dari pembahasan permasalahan yang telah terjadi dalam bidang pendidikan, diharapkan kepada pembaca dapat mengambil intisari dari makalah ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikan pula dengan Makalah “Permasalahan Pendidikan” ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca agar pada kesempatan lainnya penulis dapat menulis makalah “Permasalahan Pendidikan” dengan lebih baik.


Parepare, 22 Mei 2017
Penulis,


Sy. Nurjamila



DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................    i
Daftar isi....................................................................................................................................    ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang...............................................................................................................    1
B.     Rumusan Masalah.........................................................................................................    1
C.     Tujuan Penulisan...........................................................................................................    2
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Permasalahan Pendidikan Masa Kini.............................................................................    3
1.      Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini........................................................    4
2.      Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini..........................................................    5
B.     Pengertian Manajemen Pendidikan Masa Depan............................................................    8
C.     Pendidikan di Indonesia................................................................................................    11
BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan...................................................................................................................    13
B.     Saran.............................................................................................................................    13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................    14
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia dan sektor sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Pelaksanaan suatu pendidikan mempunyai fungsi, antara lain: inisiasi, inovasi, dan konservasi. Inisiasi merupakan fungsi pendidikan untuk memulai suatu perubahan. Inovasi merupakan wahana untuk mencapai perubahan. Konservasi berfungsi untuk menjaga nilai-nilai dasar. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa, harus dimulai penataan dari segala aspek dalam pendidikan. Salah satu aspek yang dimaksud adalah manajemen pendidikan.
Tujuan dari pendidikan yang diharapkan adalah menciptakan out come pendidikan yang berkualitas sesuai dengan harapan dari berbagai pihak. Dalam hal ini, manajemen pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Manajemen yang bagus (good management) dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh warga Indonesia. Manajemen pendidikan yang bagus dapat diciptakan dan dapat dilaksanakan oleh manajer pendidikan yang berkualitas. Manajer dalam dunia pendidikan salah satunya adalah guru. Tugas guru selain mengajar, juga menjadi seorang manajer pendidikan. Seorang guru harus dapat merencanakan manajemen yang baik. Manajer pendidikan yang bagus adalah seseorang yang mau merencanakan manajemen pendidikan dimasa yang akan datang.
B.     Perumusan Masalah
1. Apa yang harus direncanakan untuk menyusun manajemen pendidikan dimasa depan?
2. Mengapa manajemen pendidikan disusun?
3. Siapa yang menjadi pemimpin masa depan?
4. Kapan manajemen pendidikan dilaksanakan?
5. Dimana manajemen pendidikan dimasa depan dilaksanakan?
6. Bagaimana cara menyusun manajemen dimasa depan?
C.     Tujuan Pembahasan
1. Untuk menyusun manajemen pendidikan di masa akan datang
2. Mengetahui alasan penyusunan manajemen pendidikan
3. Mengetahui Ciri-ciri pemimpin masa depan
4. Mengetahui kapan menyusun manajemen pendidikan
5. Mengetahui tempat menyusun manajemen pendidikan
6. Mengetahui cara menyusun


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Permasalahan Pendidikan Masa Kini
Nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontibusinya pendidikan. Shane (1984: 39), sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan: “Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”.
Fungsi Pendidikan Pasal 3 UU No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 ini terkandung empat fungsi yang harus diaktualisasikan olen pendidikan, yaitu: (1) fungsi mengembangkan kemampuan peserta didik, (2) fungsi membentuk watak bangsa yang bermartabat, (3) fungsi mengembangkan peradaban bangsa yang bermartabat, dan (4) fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa. Noeng Muhadjir (1987: 20-25) menyebutkan bahwa, sebagai institusi pendidikan mengemban tiga fungsi. Pertama, pendidikan berfungsi menumbuhkan kreativitas peserta didik. Kedua, pendidikan berfungsi mewariskan nilai-nilai kepada peserta didik; dan Ketiga, pendidikan berfungsi meningkatkan kemampuan kerja produktif peserta didik.
Kalau dibandingkan dengan fungsi pendidikan yang termaktup dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 di atas, fungsi pertama yang dikemukakan Noeng Muhadjir secara substantive sama dengan fungsi keempat menurut UU No. 20/2003. Sedangkan fungsi pendidikan ketiga yang dikemukakan Noeng Muhadjir pada dasarnya sama dengan fungsi pertama menurut UU No. 20/2003. Sementara itu, Vebrianto, seperti dikutip M. Rusli Karim (1991: 28) menyebutkan empat fungsi pendidikan. Keempat fungsi dimaksud adalah: (1) transmisi kultural, pengetahuan, sikap, nilai dan norma ; (2) memilih dan menyiapkan peran sosial bagi peserta didik; (3) menjamin intergrasi nasional; dan (4) mengadakan inovasi-inovasi sosial. Terlepas dari adanya perbedaan rincian dalam perumusan fungsi pendidikan seperti tersebut di atas, namun satu hal yang pasti ialah bahwa fungsi utama pendidikan adalah membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup dan martabat kemanusiaannya.

1.      Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini
a.       Permasalahan globalisasi
Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global (Fakih, 2003: 182). Bila dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia. Sebegitu jauh, globalisasi memang belum merupakan kecenderungan umum dalam bidang pendidikan. Namun gejala kearah itu sudah mulai Nampak. Sejumlah SMK dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah menerapkan sistem Manajemen Mutu (Quality Management Sistem) yang berlaku secara internasional dalam pengelolaan manajemen sekolah mereka, yaitu SMM ISO 9001:2000; dan banyak diantaranya yang sudah menerima sertifikat ISO. Oleh karena itu, dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan actual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Kuntowijoyo, 2001: 122). Dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Kecenderungan ini sudah mulai terlihat pada tingkat perguruan tinggi dan bukan mustahil akan merambah pada tingkat sekolah menengah.
Bila persoalannya hanya sebatas tantangan kompetitif, maka masalahnya tidak menjadi sangat krusial (gawat). Tetapi salah satu ciri globalisasi ialah adanya “regulasi-regulasi”. Dalam bidang pendidikan hal itu tampak pada batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan tentang sekolah berstandar internasional. Pada jajaran SMK regulasi sekolah berstandar internasional tersebut sudah lama disosialisasikan. Bila regulasi berstandar internasional ini kemudian ditetapkan sebagai prasyarat bagi output pendidikan untuk memperolah untuk memperoleh akses ke bursa tenaga kerja global, maka hal ini pasti akan menjadi permasalah serius bagi pendidikan nasional. Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini.
b.      Permasalahan perubahan sosial
Ada sebuah adegium yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah; satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Itu artinya, perubahan social merupakan peristiwa yang tidak bisa dielakkan, meskipun ada perubahan social yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat. Bahkan salah satu fungsi pendidikan, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan inovasi-inovasi social, yang maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan social. Fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini ternyata justru melahirkan paradoks. Kenyataan menunjukkan bahwa, sebagai konsekuansi dari perkembangan ilmu perkembangan dan teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan social berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28).
Dalam kaitan dengan paradoks dalam hubungan timbal balik antar pendidikan dan perubahan sosial seperti dikemukakan di atas, patut kiranya dicatat peringatan Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa Negara-negara yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan ketinggalan dan berangsur-angsur kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Negara merdeka. Dengan kata lain, ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional. 
2.      Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini
a.       Permasalahan Sistem Kelembagaan
Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan yang dimaksud dengan uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau bahkan dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama. Dualisme atau dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama ini agaknya merupakan warisan dari pemikiran Islam klasik yang memilah antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu ghairuh syariah dan ilmu syariah, seperti yang terlihat dalam konsepsi al-Ghazali (Otman, 1981: 182).
Dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan yang berlaku di negeri ini kita anggap sebagai permasalahan serius, bukan saja karena hal itu belum bisa ditemukan solusinya hingga sekarang, melainkan juga karena ia, menurut Ahmad Syafii Maarif (1987:3) hanya mampu melahirkan sosok manusia yang “pincang”. Jenis pendidikan yang pertama melahirkan sosok manusia yang berpandangan sekuler, yang melihat agama hanya sebagai urusan pribadi. Sedangkan sistem pendidikan yang kedua melahirkan sosok manusia yang taat, tetapi miskim wawasan. Dengan kata lain, adanya dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kendala untuk dapat melahirkan sosok manusia Indonesia “seutuhnya”. Oleh karena itu, Ahmad Syafii Maarif (1996: 10-12) menyarankan perlunya modal pendidikan yang integrative, suatu gagasan yang berada di luar ruang lingkup pembahasan makalah ini. 
b.      Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan. Menurut Suyanto (2007: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun funfsional yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “digugu lan ditiru”.
Lebih jauh Suyanto (2007: 3-4) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah: (a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b) harus berdasarkan atas kompetensi individual, (c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (d) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, (e) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik (kide etik), (g) memiliki sistem seleksi profesi, (h) adanya militansi individual, dan (i) memiliki organisasi profesi. Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan) Suyanto (2007: 4). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini. 
c.       Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto (2007: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan. Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept).
Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing). Meskipun dalam aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru (Idrus, 1997: 79). Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.


B.     Pengertian Manajemen Pendidikan Masa Depan
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan yang dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya (Suryosubroto, 2004: 27). Selain itu manajemen pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien (Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, 2008: 14). Dari dua pandangan tentang manajemen pendidikan, dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.
Masa depan merupakan zaman yang akan datang atau belum terjadi (Poerwadarminta, 1984: 634). Masa depan pendidikan perlu diperhatikan oleh para pendidik. Dimasa yang akan datang, telah terpampang cita-cita dan harapan dari suatu pendidikan. Cita-cita dan harapan pendidikan dapat terwujud jika sudah ada gambaran yang ada dimasa yang akan datang.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen pendidikan dimasa depan merupakan manajemen pendidikan yang dirancang atau disusun untuk menghadapi tantangan masa depan. Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang harus dipahami oleh para manajer pendidikan masa depan. Fungsi tersebut antara lain: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengkoordinasian. Perencanaan pendidikan merupakan suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan pendidikan dimasa depan yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal. Pengorganisasian pendidikan merupakan usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada agar dicapai hasil yang efektif dan efisien. Pengarahan pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan pendidikan untuk memberikan penjelasan pendidikan, serta bimbingan kepada para orang-orang yang ada dibawahnya sebelum dan selama melaksanakan tugas. Pengkoordinasian dalam pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menserasikan, mengintegrasikan semua kegiatan yang dilakukan bawahannya dalam dunia pendidikan. Yang harus direncanakan pada penyusunan manajemen pendidikan adalah hasil yang ingin dicapai dari pendidikan dan bagaimana kegiatan pendidikan tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan suatu apapun.
1.      Alasan Penyusunan Manajemen Pendidikan Masa depan
Manajemen pendidikan disusun untuk menghadapi tantangan pendidikan dimasa depan. Dalam hal ini manager pendidikan atau gurulah yang mendapatkan tantangan tersebut. Tantangan guru dimasa depan bangsa, antara lain untuk menghadapi: era globalisasi, era informasi, era IPTEK, dan era perubahan cepat. Guru sebagai manajer pendidikan harus selalu siap menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya adalah dengan menyusun serta merencanakan manajemen dimasa depan. Hal ini perlu dilakukan guna meningkatkan mutu pendidikan yang ada.
2.      Pemimpin Masa Depan
Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang siap menghadapi tantangan pendidikan dimasa depan. Yang menjadi pemimpin masa depan adalah diri kita sendiri. Kita harus siap menjadi seorang pemimpin dimasa depan. Setiap orang berkompetensi untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin harus mempunyai bekal yang banyak. Bekal tersebut berupa cara membuat manajemen yang bagus, mempunyai jiwa kepemimpinan, wawasan yang luas, serta mempunyai hubungan sosial yang baik.
3.      Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Masa depan
Pelaksanaan manajemen pendidikan harus dimulai dari sekarang. Istilah penundaan pelaksanaan haruslah dihilangkan. Kita sebagai calon pemimpin masa depan harus melaksanakan manajemen pendidikan dimasa depan dari sedini mungkin. Tempat pelaksanaan manajemen pendidikan dimasa depan adalah ditempat yang kita pijak saat ini. Kita bekerja di instansi pendidikan yaitu di sekolah dasar. Kita harus melaksanakan pendidikan tersebut dimana kita mengajar.

4.      Cara Menyusun Manajemen Pendidikan Dimasa Depan
Penyusunan manajemen pendidikan di masa depan harus memperhatikan intake, proses, instrumental input, environmental input, out put, out come. Intake dalam hal ini adalah siswa atau peserta didik. Intake dapat dilihat sejak adanya kegiatan penerimaan murid baru. Pengadaan murid baru dilaksanakan dengan seleksi murid. Seleksi murid tidak berdasarkan martabat serta status ekonomi siswa, tetapi berdasarkan criteria umur. Dalam hal ini, juga harus menetapkan kapasitas atau jumlah calon yang diterima. Pengumuman hasil seleksi dibuat sedemikian rupa sehingga bisa diketahui oleh masyarakat luas.
Karakteristik dari intake harus diperhatikan. Intake yang ada diselidiki keadaannya, baik dari segi ekonomi keluarga, rata-rata pendidikan di keluarga, gaya hidup keuarga, serta persepsi keluarga terhadap pendidikan. Hal ini perlu dilaksanakan agar supaya intake dapat diproses dengan mudah.
Suatu proses pendidikan dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor instrumental input dan factor environmental input. Factor instrumental input mencakup beberapa unsur penting, diantaranya adalah peserta didik, pendidik, kurikulum, manajemen, sarana dan prasarana, serta stake holder atau komponen pendukung. Unsur peserta didik harus disusun manajemennya dengan sebaik mungkin. Peserta didik dimanage sesuai dengan taksonemi perkembangan anak, yang mencakup: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan. Didalam kurikulum terdapat organisasi kurikulum. Organisasi kurikuum merupakan pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan pada murid-muridnya. Kurikulum di Indonesia sebenarnya sudah bagus, baik segi materi, serta tujuan yang ingin dicapai. Hanya saja pelaksana dari kurikulum yang masih belum bisa menanggapinya dengan baik. Sebagai calon pemimpinan masa depan, sebaiknya kita dapat melaksanakan kurikulum yang ada dengan bagus dan syukur dengan menambahkan apa yang masih kurang pada kurikulum, dan membuang unsur yang sia-sia atau muspro.
Pendidik merupakan faktor penentu berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan. Memanage pendidik bukanlah hal yang mudah. Hal ini diakibatkan setiap pribadi mempunyai perbedaan. Memanage pendidikan dimulai dari diri sendiri. Hal-hal yang belum dilaksanakan dalam pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidik dengan membuang hal-hal yang masih dianggap sia-sia. Sarana dan prasarana serta komponen pendukung harus diperhatikan dengan jeli. Sarana dan prasarana yang belum ada dilengkapi dengan meminta bantan baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat sekitar.
Faktor environmental input pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi proses pendidikan. Faktor environmental merupakan faktor yang berasal dari luar. Faktor itu berupa lingkungan rumah siswa maupun lingkungan sekolah siswa.
Proses pendidikan yang dipengaruhi oleh instrumental input dan environmental input yang bagus akan mempengaruhi output dari pendidikan. Dari output tersebut akan mempengaruhi outcome. Sebagai seorang manajer pendidikan dimasa depan kita harus memperhatikan hal-hal tersebut.

C.     Pendidikan Di Indonesia
Melaksanakan pendidikan merupakan tujuan suatu pendidikan, maka dari itu Indonesia harus meningkatkan pendidikan untuk kepentingan bangsa. Melalui pendidikan bebagai aspek kehidupan seperti agama bisa dikembangkan dengan melalui pelajaran-pelajaran di sekolah. Selain itu juga pendidikan juga menjadi tempat pengembangan pikiran seperti belajar menganalisis, memecahkan masalah, menyimpulkan dan lain sebagainya.
1.      Mutu Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah penulis sebutkan di latar belakang, bahwa pendidikan di Indonesia sangatlah rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Kini kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal tersebut bisa dilihat dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru sekarang banyak sekali guru-guru yang hanya sebatas mengajar, kecuali bagi guru-guru lama yang yang sudah berdedikasi di dunia pendidikan. Gaji guru menjadi permasalahan saat ini, banyak sekali guru yang resign mengajar dan lebih menjadi buruh pabrik hal ini karena gaji guru yang begitu rendah. Selain staf pengajar, masalah sarana belajar perlu diperhatikan agar proses belajar mengajar lebih berkuallitas.
2.      Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Indonesia
Dibawah ini ada beberapa penyebab rendahya mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya:
·         Efektifitas Pendidikan di Indonesia Sangat Rendah
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah kurangnya efektifnya pendidikan di Indonesia. Misalnya tidak adanya sasaran ketika mengajar sehingga mengakibatkan peserta didik tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai proses pendidikannya. Masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan atau sekolah yang lebih tinggi modal utama untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan yang diambil tidak sesuai bakat dan minat murid, dan masih banyak staf pengajar yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Hal tersebut menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan.
·         Efisiensi Pendidikan Di Indonesia
Masalah efisiensi pendidikan di Indonesia yang sering terjadi yaitu mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pengajaran, dan kualitas staf pengajar. Di Indonesia mahalnya biaya pendidikan masih sempat dikeluhkan oleh sebagian masyarakat, walaupun harga pendidikan di Indonesia relative rendah dibandingkan negara-negara lain.
3.      Standardisasi Pendidikan di Indonesia
Kualitas pendidikan di Undonesia diukur oleh standard dan kompetensi, salah satunya Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). kadang kala standardisasi dan kompetensi ini memiliki bahaya yang tersembunyi yaitu seperti hanya memikirkan bagaimana caranya agar mencapai standar pendidikan saja, sehingga lupa akan pendidikan efektif dan dapat digunakan. Sayang sekali hal ini menjadi pendidikan seperti kehilangan makna dikarenakan terlalu menuntun standar kompetensi.


BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Permasalahan pendidikan di Indonesia masa kini sesungguhnya sangat kompleks. Berbagai permasalahan pendidikan yang komplek itu, baik eksternal maupun internal adalah saling terkait. Hal ini tentu saja menyarankan bahwa pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan pendidikan tidak bisa dilakukan secara parsial; yang merupakan pendekatan terpadu.
Manajeme pendidikan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien. Manajemen pendidikan disusun agar pendidikan yang ada dapat bersaing dengan tantangan pendidikan masa depan. Pemimpin masa depan adalah diri kita sendiri. Pelaksanaan manajemen pendidikan dimulai dari sekarang. Manajemen pendidikan dilaksanakan di tempat kita mengajar Cara menyusun manajemen pendidikan harus memperhatikan: 1) intake, 2) proses, 3) instrumental input, 4) environmental input, 5) out put, 6) out come.
Kualitas atau mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, hal ini dikarenakan faktor penyebab seperti kurang efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang belum optimal. Sehingga menimbulkan berbagai masalah seperti pendidikan yang terlalu mahal, kurang relevan antara pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan pendidikan, rendahnnya prestasi siswa, kurangnya kesejahtraan guru, rendahnya kualitas guru, serta rendahnya sarana fisik atau bangunan. Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan tersebut yaitu harus mampu mengubah sistem sosial, karena sangat berkaitan erat dengan sistem pendidikan, mutu guru, serta peserta didik.
B.     SARAN
Para pendidik sebaiknya menyiapkan manajemen dimasa depan agar dapat bersaing dengan tantangan pendidikan masa depan. Pelaksanaan manajemen sebaiknya praktis dan efisien. Pelaksanaan manajemen yang sia-sia sebaiknya ditinggalkan saja. Kemajuan dunia dilatarbelakangi oleh pendidikan yang maju, maka dari itu perubahan sistem pendidikan nasional harus terus dilakukan agar pendidikan di Indonesia memiliki kualitas yang lebih baik. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan, ini akan meningkatkan pula sumber daya manusia yang memiliki kualitas baik juga sehingga mampu bersaing secara sehat dengan negara-negara lain


DAFTAR PUSTAKA
·   Boediono, (1994). Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Tinggal Landas.  Mimbar Pendidikan,  No. 1 Tahun XIII.
·   Dertouzas, M.L., Lester, R.K., dan Solow, R.M., (1989). Made In America: Regaining the Productive Edge.  Cambridge, MA: Harper Perennial.
·   Fakih, Mansour, 2000. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar. 
·   Freire, Paulo, 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya dkk. Jakarta: LP3ES. 
·   Joesoef, Daoed, 2001. “Pembaharuan Pendidikan dan Pikiran”, dalam Sularto ( ed .). Masyarakat Warga dan Pergulatan Demokrasi: Antara Cita dan Fakta. Jakarta: Kompas. 
·   Karis, M. Rusli. 1991, “Pendidikan Islam sebai Upaya Pembebasan Manusia”, dalam Muslih Usa (ed.). Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana. 
·   Kuntowijoyo, 2001. Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, Bandung: Mizan.
·   Maarif, Ahmad Syafii, 1987. “Masalah Pembaharuan Pendidikan Islam”, dalam Ahmad Busyairi dan Azharudin Sahil ( ed .). Tantangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: LPM UII.
·   Maarif. Ahmad Syafii, 1996. “Pendidikan Islam dan Proses Pemberdayaan Umat”. Jurnal Pendidikan Islam, No. 2 Th.I/Oktober 1996.
·   Muhadjir, Noeng, 1987. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih
·   Othman, Ali Issa, 1981. Manusia Menurut al-Ghazali, alih bahasa Johan Smit dkk. Bandung: Pustaka.
·   Shane, Harlod G., 1984. Arti Pendidikan bagi Masa Depan. Jakarta: Rajawali Pers.
·   Soedjatmoko, 1991. “Nasionalisme sebagai Prospek Belajar”, Prisma, No. 2 Th. XX, Februari. 
·   Suyanto, 2007, “Tantangan Profesionalisme Guru di Era Global”, Pidato Dies Natalis ke-43 Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Mei.
·   Gilley, J.W., dan Eggland, S.E., (1989). Principles of Human Resource Development.  Reading, MA: Addison-Wisley Publishing Company, Inc.
·   Jones, J dan Walter, L. Donald, (2008). Human Resource Management in Education. Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Pendidikan. Yogyakarta: Q-Media,
·   Megginson, D., Joy-Mattews, J., dan Banfield, P., (1993).  Human Resource Development. London: Kogan-Page Limited.
·   Simanjuntak, P., (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
·   Suryadi, A. (1995). Kebijaksanaan Pendidikan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia: Transisi Menuju era Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Informatika, Balitbang Dikbud